Pemuda Muhammadiyah Enrekang Minta Polisi Tindak Tegas AP Hasanuddin
ENREKANG -- Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Enrekang mendesak polisi menindak tegas peneliti BRIN, AP Hasanuddin. AP Hasanuddin memicu polemik, karena komentarnya yang viral di Facebook sebab mengancam warga Muhammadiyah.
AP Hasanuddin mengomentari postingan Prof Thomas Jamaluddin dengan komentar 'Perlu Saya Halalkan Gak Nih Darahnya Semua Muhammadiyah?'. Namun beberapa waktu kemudian, ia lantas meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
"Permintaan maaf sudah seharusnya. Namun proses hukum harus dilalui dan kita mendesak tindakan tegas polisi. Jangan lagi selesai dengan materai," kata Ketua Pemuda Muhammadiyah Enrekang Umaruddin. (Rabu, 26/4).
Umaruddin menyebut laporan kader-kader Muhammadiyah di pelbagai daerah, harus menjadi atensi besar polisi. Sebab komentar peneliti BRIN ini, dinilai provokatif, serta mengancam kehidupan bertoleransi sehingga berpotensi menimbulkan gangguan keamanan.
Umaruddin juga meminta kader Pemuda Muhammadiyah dan KOKAM Enrekang tidak terprovokasi, serta meneguhkan sikap sesuai karakter warga Muhammadiyah diantaranya berkemajuan, cerdas berilmu, dan moderat bijaksana.
"Kita percayakan pada aparat hukum. Namun tentu tetap kita awasi perkembangannya kasusnya," ujar Kabag Umum Setda Enrekang ini.
Desakan serupa disuarakan oleh Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia. Ketua Pemuda Muhammadiyah Makassar Awang Dermawan menyebut, sikap tegas kepolisian dibutuhkan untuk mencegah terjadinya perpecahan di tengah masyarakat.
"Polisi mesti segera menangkap pelaku untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat merusak persatuan umat beragama. Ancaman pembunuhan ini adalah hal yang mengerikan yang dapat menimbulkan perpecahan bangsa," kata Awang
Senin lalu, AP Hasanuddin menuliskan surat terbuka berisi permintaan maaf kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah terkait komentar bernada mengancam di media sosial.
"Saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan dan seluruh warga Muhammadiyah yang merasa tersinggung dengan komentar saya tersebut," tulis Andi.
Ia mengaku komentarnya di media sosial Facebook pada Minggu (23/4) yang mengancam membunuh warga Muhammadiyah dipicu emosi. Pasalnya, rekan kerjanya di BRIN yaitu Thomas Djamaluddin diserang sejumlah pihak.
"Komentar tersebut dikarenakan rasa emosi dan ketidakbijaksanaan saya saat melihat akun Thomas Djamaluddin diserang oleh sejumlah pihak," tutur Andi.
"Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan semacam ini lagi di waktu-waktu mendatang," tandasnya.
Andi menjadi perbincangan publik lantaran komentarnya yang bernada ancaman pembunuhan terkait perbedaan metode penetapan hari lebaran 2023 atau 1 Syawal 1444 Hijriah viral di media sosial. (*)