Ecobriks Gerakan Manusia Peduli Lingkungan Hidup |
OPINI,--Sampah adalah sebuah masalah besar yang akan dihadapi dimasa depan, jika manusia masih tidak mengolah sampah dengan baik. Tercatat dari badan pusat statistik jumlah sampah pada tahun 2019 mencapai pada titik 5,25 juta ton, serta sumbangan sampah yang mayoritas berasal dari sampah rumah tangga berada pada titik 49℅.
Kegiatan pengolahan sampah yang biasa dilakukan setiap hari yaitu membakar hasil sampah rumah tangga yang sudah terkumpul, namun itu bukan solusi yang tepat. Karena akan menyebabkan polusi diudara karena zat kimia yang terkandung dalam plastik tersebut, ada juga yang membuangnya di aliran sungai, itu juga lebih berbahaya.
Karena akan mencemari aliran sungai yang biasanya difungsikan sebagai sumber air bersih masyarakat desa maupun kota, mengairi sawah yang dilewati juga nanti nya akan bermuara dilautan sehingga kembali menumpuk dilaut dan bibir pantai sudah pasti juga dikomsumsi oleh ikan yang berada pada lautan tersebut.
Sampah rumah tangga yang dikumpulkan lalu diangkut oleh petugas kebersihan pun juga bukan solusi yang tepat. Karena sama halnya menumpuk sampah di satu sektor yang 5-10 tahun akan mencapai titik maksimum sehingga sampah yang tertumpuk dan tidak diperhatikan akan membusuk dan tidak terurai akan menghasilkan bau tidak sedap, mencemari udara pada daerah tersebut yang sudah terjadi di setiap pemukiman yang ada didekat Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).
Apabila sampah selalu dibiarkan begitu saja tanpa ada tindak lanjut jangka panjang akan menjadi ekosistem yang sangat berbahaya bagi kehidupan.
Sampah rumah tangga memang harus menjadi perhatian dari pemerintah karena akan terus menjadi ancaman kedepannya, kurangnya perhatian dalam memilah sampah rumah tangga akan membuat sampah menjadi bau, juga berbagai alasan mengapa banyak orang mencampur sampah plastik dengan sampah organik dan membuangnya begitu saja.
Karena lebih memilih cara praktis tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi nantinya. Selain sampah menjadi busuk, sampah plastik yang menumpuk tidak akan terurai sampai 400 tahun bisa dibayangkan jika sampah terus menumpuk di TPA tanpa adanya pengolahan.
Menjadi sebuah persoalan yang memang harus dihadapi di era revolusi industri 4.0 ini, juga kebiasaan di indonesia yang komsumtif dan senang dengan junkfood tidak akan terlepas dengan sampah plastik, Karena semakin konsumtif keluarga juga semakin meningkat pula sampah plastik yang dihasilkan.
Memilah sampah rumah tangga adalah salah satu cara, dengan memisahkan sampah berupa plastik seperti kemasan mie instan, kopi sachet, kantongan kresek dan sterofom, harus dipisahkan dengan sampah organik dari sayur, buah dan ikan dalam wadah yang berbeda. Apabila sampah tersebut di satukan akan membusuk beberapa waktu kemudian.
Sampah organik yang sudah terkumpul bisa dibuang pada lubang yang disiapkan ditanah, Kenapa dibuang? Karena sampah organik bisa terurai dengan tanah dan terproses secara alami.
Berbeda dengan sampah plastik memang harus dipisahkan dan diolah oleh tangan kreatif manusia. Jadi Ada konsep sederhana yang harus dilakukan manusia untuk menyelamatkan lingkungan, dan tetap melestarikan bumi yaitu dengan menerapkan konsep ECOBRIKS.
Ecobriks adalah sebuah gerakan peduli lingkungan yang diperkenalkan oleh Russel Maier seniman dari kanada yang sedang menetap di filipina Karena pada saat itu minimnya kreatifitas manusia dalam pengolahan sampah plastik, dan sayang jika keindahan sungai yang ada di filipina itu tercemar oleh plastik dari bentuk ketidak pedulian manusia terhadap masa depan.
Ecobriks adalah pengolahan sampah plastik menjadi sebuah karya seni menggunakan botol, stik kayu, dan kumpulan sampah plastik yang telah dipilah lalu dimasukkan kedalam botol yang dapat dijadikan bata ramah lingkungan.
Ecobriks ini memanfaatkan berbagai macam plastik kemasan makanan dan minuman sachet yang dimasukkan kedalam botol lalu ditekan menggunakan stik kayu sehingga sampah menggumpal dengan berat standar 200 gram untuk kemasan botol minum 600 ml.
Untuk membuat 1 buah ecobriks sangat memerlukan banyak sampah untuk satu botolnya, selain menjadi bata ramah lingkungan ecobriks juga bisa dibuat menjadi meja dan kursi santai dirumah.
Konsep ecobriks inilah yang harus implemetasikan di seluruh kota yang ada diindonesia sebagai bentuk upaya melestarikan lingkungan dan mengurangi produksi sampah plastik. Bukan hanya dikota dikota di pedesaan yang masih asri juga penting agar tetap menjaga kebersihan pada desa tersebut.
Ecobriks ini sangat sederhana dan mampu dikerjakan setiap orang baik itu orang tua maupun anak-anak. Gerakan ecobriks ini juga saat masuk ke indonesia sangat direspon dengan baik oleh salah satu tokoh PBNU.
Kembali lagi membahas persoalan sampah adalah tanggung jawab bersama, tanggung jawab setiap individu, tidak memandang dia miskin atau kaya, muda atau tua dan perempuan atau laki laki, semua harus peduli terhadap lingkungan.
Menjadi orang yang peduli lingkungan harus istiqomah karena semua dikerjakan dengan keihlasan yang digerakkan oleh hati. Karena tidak mudah berkarya menggunakan sampah, semua orang bisa, tapi tidak semua orang mampu bertahan, berkarya menggunakan sampah berangkat dari kepedulian bukan ekonomis.
Kesimpulannya bahwa keberlanjutan dari gerakan ecobriks adalah bagaimana kita membangun cara berpikir dimasyarakat agar sampah memang tidak bernilai tetapi, plastik belum termasuk dalam sampah karena masih bisa berguna usahakan kita selalu menyebut plastik bekas bukan sampah.
Mari lestarikan lingkungan dengan mengurangi produksi plastik, kita cukup mewariskan kekayaan dan keindahan alam indonesia, tidak dengan sampahnya.
Iqra Saleh
(Kader PMII UINAM Cabang Makassar)