Saddang Bakri/Ketua Kaderisasi Nasional Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa DDI |
OPINI,--Sebagai Organisasi yang besar, DDI telah melewati proses dan dinamika yang begitu panjang. Sejak era pra dan pasca kemerdekaan, reformasi hingga era globalisasi saat sekarang. Ia tumbuh dan berkembang dengan identitas dan karakternya sendiri. Tentunya dan cara2 yang di praktiktan Anregurutta KH Abd. Rahman Ambo Dalle menjadi alasan kuat sehingga penerimaan DDI begitu terbuka di kalangan masyarakat saat itu.
Namun kini DDI menemui Babak baru, suatu kondisi yang agak rumit _(complicated)_ dalam artian hambatan-hambatan mewujudkan cita-cita DDI menuju percepatan _Civil society_ tidak hanya datang dari intern akan tetapi juga bisa datang dari luar. Sebut saja ancaman Radikalisme, dan atau massifnya gerakan-gerakan Ormas yang bermunculan pasca reformasi (Dalam konteks persaingan pengembangan kelembagaan).
Sependek-pendek yang penulis ketahui bahwa para pendiri DDI adalah Para tokoh alim ulama, tentunya sebagai Seorang pendidik menginginkan ajarannya dapat disebar luaskan. dan itu menjadi tugas dan tanggung jawab anak-anak ideologis DDI.
Ada satu contoh yang mungkin kita bisa mengambil pelajaran darinya. Sebut Saja FC Nurnberg salah satu klub sepakbola tersukses di tanah Jerman dengan meraih 8 Trofi liga (sebelum format Bundesliga). Ia bahkan di Juluki _Der Club_ yang berarti Klub paling spesial di jerman. Namun kini Nurnberg hanya menjadi tim medioker yang hanya mampu bolak-balik dari kasta kedua ke kasta Utama dalam persepakbolaan Jerman.
Apa yang membuat Nurnberg seperti itu?
Apakah Manajer Club salah dalam meracik strategi?
Padahal Gaya bermainnya sama saat menjuarai 8 musim sebelumnya. Nurnberg sendiri punya Filosofi bermain "Lambat tapi pasti" sedangkan Klub-klub Bundesliga yang lain terus melakukan inovasi sehingga gaya permainan yang diperagakan Cepat dan tepat yang bertumpu pada kecepatan dan kekuatan.
Apakah Manajer Club salah dalam meracik strategi?
Padahal Gaya bermainnya sama saat menjuarai 8 musim sebelumnya. Nurnberg sendiri punya Filosofi bermain "Lambat tapi pasti" sedangkan Klub-klub Bundesliga yang lain terus melakukan inovasi sehingga gaya permainan yang diperagakan Cepat dan tepat yang bertumpu pada kecepatan dan kekuatan.
Sementara Nurnberg masih bertahan dengan filosofi bermain lamban sehingga yang membuatnya terlempar dari persaingan.
Lain Nurnberg lain Juventus, Sang Jawara Italy ini Justru turun kasta akibat Kasus skandal Calciopoli (Pengaturan Skor) yang dianggap sejarah terkelam dalam sepakbola italy bahkan Dunia. Bermain di kasta kedua tentu saja bukan hal yang menyenangkan bagi klub raksasa turin, terlebih saat di tinggal beberapa pemain bintangnya, Namun beberapa punggawa yang lain justru memilih untuk tetap tinggal meskipun tawaran yang menggiurkan datang silih berganti, padahal saat itu hingga kini Klub sepakbola lebih mirip Perusahaan Kapitalis Murni ketimbang _Sport Entertainment_ namun beberapa pemain ini justru menunjukkan sebuah Loyalitas ketimbang godaan kejayaan.
Yang menjadi pesan terpenting adalah, DDI ini merupakan warisan dan merupakan aset bukan hanya bagi bangsa namun juga menjadi aset peradaban Umat manusia, yg mesti kita jaga bersama. Intrik ataupun perbedaan pandangan adalah suatu kelaziman, yang tidak boleh menjadi hambatan laju kemajuan organisasi.
Secara khusus penulis ingin mengajak para generasi muda DDI untuk bangkit, saling bahu membahu melanjutkan apa yg tlah diwariskan untuk kita. Karna Investasi terbesar dan Nasib DDI dimasa-masa mendatang ada di tangan anak2 Muda DDI.
Itulah rangkaian hasil bincang-bincang imaginer antara si Baco dan Labeddu, sambil menikmati seduhan Teh plus pisang goreng yang di suguhkan oleh Ibu Ros, pemilik kantin di belakang Pesantren.
Sebelum bubar labeddu pun menanyakan keinginan terbesar kawannya itu. Sambil menghela nafas dalam-dalam, Labaco pun menjawab bahwa ia ingin hidup berlama-lama ia merasa enggan untuk Pulang, ia merasa malu ketika harus bertemu dengan para gurunya terdahulu sebelum ia bisa berkonstribusi banyak untuk DDI.
"DDI tidak pernah mundur, namun stagnan dalan situasi persaingan yang kompetitif adalah kemunduran"
Parepare 31 Juli 2019.
(Saddang Bakri/Ketua Kaderisasi Nasional Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa DDI)