 |
| Penulis ; Ketua Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan & Eksplorasi Tekhnologi PKC PMII Jawa Barat Rahmat Nuriyansah |
OPINI,--Dalam hidup manusia memiliki road map & beragam cara Pandang. Dilevel konstanta manusia hidup seperti mencari sepotong ranting untuk membuat api disore hari untuk menemani rasa dinginnya & kayu untuk membetulkan atap rumah yang sudah keropos serta jerami yang sudah berlubang. Dan berharap malam itu hangat serta bangunan bisa kokoh kembali.
Seiring berjalannya waktu manusia tumbuh besar & dewasa ia secara alamiah memiliki Pandangan Hidup (way of life) serta Pilihan Hidup (passion) untuk menentukan kemana arah & tujuan hidup manusia tersebut.
Beragam fenomena tentu bukan hanya sebatas klise belaka, didalamnya memiliki value & history yang memang tidak bisa diejawantahkan. Seperti sebuah bangunan yang sudah berdiri kokoh.
Embun menyapa pagi dengan aroma kesejukan value didalamnya serta air yang menetes kecil dari dahan hingga ranting pohon.
Begitupun manusia dalam hidup tentu memiliki pondasi yang memang saling berkelindan-berkaitan satu sama lainnya seperti Iman -Islam -Ihsan (way of life) serta resulatant (road map) yang tidak dapat dipisahkan & diejawantahkan.
Karena itu adalah Energi bagi manusia (moslem), jika hilang atau terpisah salah satu tentu akan goyah & menjadi kelemahan bahkan kebuntuan.
Bagi seorang risk taker kesiapan untuk menghadapi mistery itu memang selalu ada karena ia memiliki cara pandang yang baik serta tingkat objektifitasnya sangat begitu tinggi (process oriented) sehingga tidak pernah terperangkap/ terkurung pada pengaruh yang buruk, alias subjective.
Karena jika tingkat subjektifitas manusia tersebut semakin habit & sangat begitu tinggi pula tentu akan memiliki potensi yang sangat merusak, tanpa disadari (soft power) dengan beragam model.
Bentuk rupa adalah history yang terikat oleh ruang & waktu melalui beragam potensi, kemudian lahir definisi yang dinamakan strategy (Iman- Islam- Ihsan) serta tekhnologi (absolut resultant).
Semua yang terlahir dari history adalah Absolute. Untuknya kain kusut akan tetap bernama kain, tinggal mencari titik keabsahannya karena bernilai atau tidaknya tergantung bagaimana cara Tuhan memandang.
Penulis ; Ketua Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan & Eksplorasi Tekhnologi PKC PMII Jawa Barat Rahmat Nuriyansah
