Poster Sanadi, salah satu program unggulan Ramadhan LAZISNU.
RAMADHAN,--Pengajaran ilmu keislaman di tengah modernisasi harus semakin canggih dan betul-betul melibatkan SDM (muballigh) yang kompeten. Sebab, untuk membentengi umat dari pemahaman beragama yang menyimpang, keras, dan cendrung radikal merupakan tantangan dakwah Islam saat ini.
Apalagi di era modernisasi terkini, melalui media onlinesemua orang dapat menyebarluaskan dan memviralkan pemahaman atau penafsiran mereka terhadap ajaran Islam yang sebetulnya sangat jauh dari tujuan mulia tuntunan Islam itu sendiri.
Jika hal tersebut tetap dibiarkan, akan berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan agama bangsa dan negara. Terutama bagi kalangan awam yang tidak mengenyam pendidikan insentif di pondok pesantren. Semangat beragama yang harusnya menciptakan kebaikan dan kemashlahatan bersama justru menjadi alat pemicu pertikaian dan ekslusifitas di ruang sosial.
Mengantisipasi persoalan tersebut, NU Care-LAZISNU pada bulan Ramadhan ini mengeluarkan program Santri Mengabdi (Sanadi). Sanadi menjadi bagian dari program NU Care-LAZISNU membaca tantangan tersebut dengan memberdayakan santri dewasa yang sudah menguasai bidang-bidang keilmuan Islam untuk diterjunkan dan berdakwah secara langsung di tengah-tengah masyarakat.
"Para santri akan mendidikasikan keilmuannya untuk merangkul umat, menjadi teladan yang berakhlak mulia, memberikan pengajaran seputar agama Islam, dan menyebarkan pemahaman Islam yang rahmatan lil alamin," ujar Sekretaris NU Care-LAZISNU, Abdur Rouf menerangkan program Sanadi.
Menurutnya di Indonesia, peluang dakwah agama sangat terbuka lebar dan dilindungi oleh regulasi dan undang-undang. "Untuk itu, Sanadi menjadi salah satu andalan pada program Ramadhan NU Care-LAZISNU dengan target kebaikan sebanyak 100 titik dakwah," paparnya.
Pada pelaksanaannya, Sanadi mengirimkan santri atau dai atau muballigh Nahdliyin dari kalangan santri untuk turun ke wilayah pelosok mengamalkan ilmu keislaman selama bulan Ramadhan. Mereka akan bersosialisasi langsung dengan masyarakat, tinggal bersama, saling berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian, masyarakat dapat melihat langsung bagaimana perangai dan akhlak seorang Muslim yang seharusnya dimiliki.
Program Sanadi sesuai juga dengan kriteria atau Tujuan SDGs sebagai acuan dari pemerintah. Adapun kesesuaian program Sanadi dengan tujuan SDGs mencakup Tujuan 4 (Pendidikan berkualitas), Tujuan 10 (Berkurangnya kesenjangan), dan Tujuan 11 (Kota dan komunitas berkelanjutan).
Program Sanadi terbuka bagi para santri dengan kriteria aktivis Nahdyilin, berusia 19-25 tahun, laki-laki atau perempuan, menguasai bidang ilmu keislaman (Al-Qur'an, ilmu alat, fikih dan lainnya, serta mendapatkan rekomendasi dari pengasuh pondok pesantren.
Selama program Sanadi, para dai melakukan kegiatan-kegiatan seperti memberikan pemahaman Islam rahmatan lil alamin kepada masyarakat, mengajarkan masyarakat sekitar terkait perkara ibadah pokok umat Islam, mengajarkan Aal-Qur'an dan kajian-kajian keislaman yang berkaitan.
"Santri atau dai yang terpilih pada program ini mendapatkan bantuan berupa biaya akomodasi tempat tinggal dan makan selama program berlangsung," pungkas Rouf. (Kendi Setiawan/NU online)