Haidir Ali (Mahasiswa Pinrang) |
Tahun Politik Bak Pisau Bermata Dua, Bisa jadi sentimen negatif ataupun Positif bagi Dunia Demokrasi.
OPINI,--Sementara Pemilihan Kepala Daerah 27 Juni 2018 tinggal menghitung hari, terkusus di Kabupaten Pinrang itu sendiri. Kampanye Akbarpun suda di kumandangkan.
Meningkatnya angka Golput dalam setiap Pemilihan Kepa daerah bisa jadi disebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap politikus di negeri ini, Terkusus para pimimpin Daerah.
Wajar saja, setiap hari kita disuguhkan pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik, ada beberapa wakil kita disenayan dan kepala daerah bahkan sampai di level pemerintahan paling bawah, yaitu Desa, yang satu persatu ditangkap karena terlibat korupsi, belum lagi sikap moral yang diperlihatkan, dipertontonkan di layar kaca diperlihatkan di Masyarakat dan juga media yang terkesan mendramatisir sehingga membuat stigma di masyarakat bahwa panggung politik di negeri ini memang cukup kotor, saling sikut satu sama lain.
Saya berpikir mungkin ini salah satu faktor di antara banyak faktor yang mampu menurunkan partisipasi pemilih nantinya.
Pemilihan Kepala daerah yang akan dilaksanakan ini merupakan ajang dimana baik buruknya kualitas Demokrasi kita bisa terlihat 5 tahun kedepannya. Seandainya Masyarakat mampu memilih Kepala daerah yang betul-betul mampu memberikan yang terbaik buat mereka, tentunya akan menghasilkan Pemerintahan yang baik dan Bermartabat.
Tapi nyatanya, proses Demokrasi ini banyak dirusak oleh para Kandidat itu sendiri, dan bodohnya lagi masyarakat pemilih mau dibodohi oleh para kandidat-kandidat dan Timsesnya yang hanya memburu kursi Koin" serta bagi" proyek.
Saya mengingat banyak cerita cerita di pemilihan Kepalah Daerah 2004 silam, dimana beberapa Calon Kepala daerah yang mempunyai banyak uang menghargai suaranya seharga Rp 30.000 – Rp 50.000, uang-uang ini diberikan ke masyarakat untuk memilihnya beberapa jam sebelum pencoblosan dan bodohnya masyarakat mampu dibeli nuraninya hanya seharga Rp 30.000. Memilih Calon Kepala daerah yang jelas-jelas perusak proses Demokrasi.
Terlalu banyak Kandidat yang tak berkualitas, yang hasrat hanya memburu kursi 01-02 di Daerah, padahal menjadi Kepala Daerah merupakan tugas dan Amanah yang sangat-sangat berat bagi mereka yang mau memahaminya.
Jadilah Pemilih yang Berkualiatas dan cerdas dalam menetukan Pilhannya.
Saya pribadi mengajak kita semua untuk bisa terlibat dalam Pemiliahan Kepala Daerah 2018 ini. Sebagai pemuda, tidak ada alasan untuk tidak erlibat dalam pesta Demokrasi ini. Pemiliahan Kepala Daerah 2018 dengan memilih para Para Calon yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas Demokrasi kita. Terkusus di Daerah Secara umum di iIndonesia kedepannya pasca Reformasi akan didominasi oleh anak-anak muda. Anak-anak muda yang akan menuntut generasi baru. Oleh karena itu bisa dikatakan Pemilahan kepalah daerah kali ini Para pemuda wajib terlibat dan tidak apatis.
Tentunya sangat signifikan dan partisipasi kita akan sangat berpengaruh dalam menentukan diri kita semua harus menjadi pemilih yang bertanggung jawab dan dapat menentukan pilihan atas dasar yang kuat. Semua ini demi tercapainya pemilihan yang berkualitas dan bermartabat serta memastikan calon yang terkuatlah yang akhirnya terpilih.
Tingkat apatis generasi muda Indonesia memang tinggi. Respon yang biasanya kita dapat ketika kita bertanya kenapa mereka yang enggan untuk memilih biasa seperti ini: Siapa pun yang menang, Indonesia akan begini-begini aja, Pemilhan tidak akan mengubah apa-apa, Saya tidak kenal siapa saja calonnya, Semua politisi itu korup katanya. Maka dari itu, Jadilah pemilih cerdas, ketika para Calon-calon yang kita pilih sesuai hati nurani.(***)
Penulis : Haidir Ali (Mahasiswa Pinrang)