-->

Notification

×

Indeks Berita

Klik Gambar Untuk Mendengarkan

Ahmad Muslimin; Menerima Kekalahan, Pemenang Jangan Besar Kepala.

Kamis, 28 Juni 2018 | Juni 28, 2018 WIB | 0 Views Last Updated 2018-06-28T01:51:47Z
Ahmad Muslimin (Penulis)

OPINI--Sebagai makhluk di dunia ini siapapun tidak ingin menelan sebuah kekalahan. Bahkan tak satupun manusia di dunia ini pasti terus menerus menang. Menang dan kalah pasti akan terjadi apapun bentuknya. Kita bisa mengambil contoh pada sebuah perlombaan ada menang juga kalah.

Tak bisa mengelak, moment kalah pasti akan ada rasa pahit dan sedih atau kata orang lokal kita peddi' atikku. Sesak dan pastinya kecewa. Yah wajar tawwa! Karena itu sudah 2 resiko yang harus di terima, padahal kekalahan ialah modal awal untuk kemenangan sejati berikutnya.

Lalu muncul pertanyaan, siapkah diantara kandidat menerima kekalahan?kekalahan jika diresapi lebih dalam ia akan berbuah manis. Tapi kekalahan sejati adalah ketika tidak mampu bangkit dari kekalahan, tidak mau mencoba untuk berbenah diri dan melanjutkan perjuangan. Inilah makna dari kekalahan yang sebenarnya. Jika hal ini sudah merajai pikiran dan jiwa, maka kita tinggal menunggu kekalahan selanjutnya. itu semua tergantung pendewasaan kita melihat kekalahan, karena jika kekalahan hanya diratapi terus menerus maka akan menjadi beban pikir lalu bisa jadi berpolemik dan merusak tatanan sosial akibat tidak menerima sebuah hasil.
membincang hal tentang hastag dan tagline masing-masing bakal calon ini juga tidak kalah serunya. Pun juga dengan pembahasan tentang kriteria yang semakin menganga dikalangan masyarakat. Iya inilah hiruk pikuk dunia demokrasi dengan semua instrumentnya. Bisa jadi kita lupa diri dan bisa membuat orang betah berlama-lama di warung kopi.

hei lupakan perdebatan tentang ini dan itu, lebih bagus mengupas tentang kesiapan para calon kepala daerah untuk bersikap hero dalam menerima hasil akhir perolehan suara pemilu ini. Ini bukan sesuatu yang baru, akan tetapi hanya pengulangan dari kejadian pemilu sebelumnya. Mengapa ini perlu dibahas padahal pemilu sebelumnya juga sudah seringkali dibahas? Tidak lain untuk menjadi pembelajaran kepada mereka yang hari ini sudah mulai menggalang kekuatan suara masyarakat dan menjadi instropeksi diri kepada mereka yang hari ini dan hari-hari selanjutnya akan memasang baliho/spanduk yang mudah-mudahan nanti tidak sampai merusak keindahan kota.

lalu bagian apa yang harus di garis bawahi dgn warna stabilo hijau? Iya ini adalah bagian yang sensitif dan bagian yang bisa menimbulkan eskalasi konflik sampai keakar rumput. Dipastikan sangat dibutuhkan kematangan dan kedewasaan dikarenakan semua calon nanti dituntut untuk bersikap sebagai demokrat sejati yakni menerima kekalahan. Harus tercipta dari sekarang sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang ksatria yang bisa menjadi contoh teladan didepan pengikutnya sehingga tidak akan melahirkan letupan-letupan aksi kekerasan sebagai ungkapan dan bentuk kekecewaan terhadap kekalahan.

Jelas sekali ini menyangkut kesiapan lahir batin serta mental dan rohani. Jika kalah bisa menimbulkan luka secara psikologis dan bisa berpotensi merusak tatanan kehidupannya sebagai makhluk pribadi dan juga sosial. Fenomena memprotes keputusan KPU pun sudah menjadi trend dalam setiap ajang politik.

Fenomena ini seakan menjadi pembenaran bahwa orang Indonesia masih belum bisa seutuhnya memiliki budaya menerima kekalahan. Kita lebih dominan hanya siap untuk menang dann sama sekali tidak siap menerima kekalahan. Kompetisi politik mulai dari tingkat desa hingga level Presiden menjadi contoh dari fenomena ini.

Teori atribusi mampu melihat sikap dominan setiap orang atau kelompok dalam menyikapi kemenangan maupun kekalahan. Teori yang terkenal dalam kajian psikologi sosial ini melihat orang atau kelompok yang menang cenderung untuk melakukan atribusi internal yakni merasionalisasikan kemenangan tersebut sebagai hasil dari upaya, ikhtiar, usaha, dan kemampuan yang dilakukannya. Mereka lebih melihat kemenangan tersebut sebagai klimaks dari perjuangan sehingga kemudian langsung atau tidak langsung mereka akan memberi pengakuan bahwa merekalah yang terbaik, unggul dan berhasil dibanding dengan orang atau kelompok yang kalah.

Namun sebaliknya, hal yang sama juga dilakukan oleh orang atau kelompok yang kalah. Mereka akan melihat kekalahannya melalui atribusi eksternal yakni mencari celah faktor eksternal yang dianggap merupakan penyumbang terbesar bagi kekalahan yang dialaminya semisal sistim yang dianggap tidak tepat. Yang paling sering dialaskan adalah kecurangan, praktek money politik, kurangnya pengawasan, birokrasi yang berpihak dan sebagainya.

Terimalah kekalahan sebagai kemenangan bersama. Belajarlah dari kekalahan dan siapkan kekuatan baik untuk kemenangan dalam pertandingan berikutnya. Fokuskan semua energi dan pandangan untuk kebaikan bersama. Jadikan diri sebagai panutan atau role model yang mencitrakan seorang pemenang sejati. Jangan pernah menjadikan diri yang kalah sebagai pengganggu kedamaian dan keamanan banyak orang.

Lalu bagaimana jika di tarik dalam psikologi sosial teori atribusi dari Heider? Teori atribusi yang dikemukakan oleh Heider (1958) merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi bagaimana orang mempersepsi perilakunya maupun perilaku orang lain. Teori atribuasi akan memberikan penjelasan mengenai penyebab perilaku tersebut. Menurut Heider, perilaku orang dapat dijelaskan melalui dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Atribusi internal melihat bahwa perilaku itu merupakan tanggung jawab internal individu atau kelompok itu sendiri, sedangkan atribusi eksternal melihat bahwa perilaku lebih disebabkan oleh faktor luar.

Yah initinya saling menyalahkan sih....heheheh

Jauhkan diri dari obsesi yang berlebihan untuk sebuah hasil yang sempurna. Wasit yang mengawasi pertandingan selalu memiliki hak penuh di lapangan, sehingga diperlukan sikap dewasa dan kemampuan untuk menerima ketidaksempurnaan di lapangan. Jangan menjadikan diri kalah oleh ketidakdewasaan diri dalam menerima realitas permainan. Jadilah energi positif yang segera mengucapkan selamat kepada lawan tanding, serta dengan sangat antusias dan bahagia menjabat tangan lawan dan mengatakan, " saya membantu Anda ". Katakan, " kompetisi sudah berakhir, sekarang Anda adalah sahabat saya, saya siap dengan sepenuh hati untuk membantu mengisi kemenangan Anda dan mari kita ngopi bareng ".

Dalam hubungannya dengan kalah-menang, maka atribusi yang terjadi akan cenderung menjadi bias, manakala orang menang akan cenderung beratribusi internal, dan bila kalah maka kita cenderung akan mencari alasan dari faktor eksternal. Kambing hitam adalah istilah yang seringkali muncul bila seseorang atau kelompok kalah dalam berkompetisi.

Mari kita berkaca. Berapa kasus  demokrasi   yang berakhir ketidakpuasan? hampir semua? Lihat sendiri di lapangan saja. Persoalan kalah-menang ini mejadi potensi konflik yang luar biasa. Hubungan antara teori atribusi, kalah dan menang serta bahaya konflik terjadi apabila sasaran penyebab perilaku itu atau kambing hitam itu dituduhkan pada lawan. Inilah bahaya yang sangat laten dan potensial dalam pelaksanaan demokrasi di negeri ini.

Karenanya sekali lagi apakah anda siap menerima kekalahan!!!???legowo dan ikhlas kepada pemenang.

Maka dari itu perlunya menumbuhkan dan merawat kultur demokrasi yang membiasakan diri untuk menerima kekalahan sambil mengakui keunggulan lawan. Sikap inilah yang menjadi sumber utama peredam konflik yang acapkali terjadi. Tumbuhnya sebuah kultur demokrasi yang cerdas ini pula dapat meredam konflik yang terjadi di akar rumput, lantaran ia perlahan akan mengikis perilaku fanatisme bahkan extrimisme kelompok pendukung partai politik dan figur politiknya. pemenang pun jangan membusungkan dada jika ia terpilih karena itu bisa memicu petir kebencian.

Bukankah Sang Guru bangsa GusDur pernah bilang " Yang lebih penting dari Politik Adalah kemanusiaan ". ( Nah ingat tuh ), Kemudian ada juga om duta vokalis Sheila On 7 dalam lagunya dengan judul 'Berhenti Berharap' liriknya " aku pulaaaang, tanpa dendaaam, ku terima kekalaaaaaahanku...aku pulang, tanpa dendaaam, kusalutkaaaan kemenanganmu" . coba, om duta aja ikhlas dan salut masa' kamu tidak heheheh..

Keikhlasan politik Kini, yang paling diperlukan adalah sikap legowo dan ketegaran hati dari pasangan pilkada, pilgub, dan capres-cawapres yang kalah dalam pemilu 2018-2019. Sikap ini hanya dimiliki oleh para politisi negarawan yang memiliki kebesaran jiwa dalam politik dan mental yang tahan uji, serta yang paling utama adalah kepemilikan keikhlasan jiwa, ketulusan hati, dan kedewasaan politik. Dari mana mereka memiliki sikap yang tulus dan ikhlas dalam berpolitik?

Yah jawab dengan hati yang jujur masing-masing heheheh..(*)

Penulis : Ahmad Muslim (Penikmat Kopi)

Coffee Ginseng 5 In 1

×
Berita Terbaru Update