REY : Mitologi Angka
PINRANG,--Tidak sedikit orang yang masih percaya tentang angka-angka keberuntungan dan angka sial seperti angka 4, 8, 13 dan lain-lain, di beberapa negara termasuk di indonesia angka-angka tersebut dipercaya sebagai angka keramat dan pembawa sial, hal ini sering kita jumpai terutama di gedung-gedung tinggi, nyaris kita tidak pernah melihat angka 13 (satu-tiga) dalam tombol lift karna Angka ini dipercaya memiliki kekuatan magic yang bisa saja membawa kita kehal-hal buruk.
Sekalipun zaman positivisme dimana pengetahuan dan rasionalitas adalah yang utama dalam mengukur dan mengkaji suatu peristiwa namun kepercayaan tentang magic angka juga masih tetap ada.
Lalau bagaimana hubungannya dengang pilkada?
Setelah tahap pencabutan nomor urut selesai pada hari selasa 13/2/2018 para pendukung dan simpatisan mulai diributkan dengan keunggulan nomor urut jagoan masing-masing. Hasilnya ketiga pasang kandidat telah memperoleh nomor urut, diantaranya
1. Abdul Latif-Usman
2. Andi Irwan-Alimin
3. Jamaluddin-A. Sofyan
Semuanya yakin keberuntungan/kemenangan akan berpihak pada mereka, atas dasar:
Pertama (1), nomor satu adalah angka yang selalu diperebutkan disetiap jenis perlombaan
Kedua (2), angka dua adalah angaka yang sangat baik dalam kehidupan karna memiliki makna kebersamaan dan perdamaian
Ketiga (3), nomor tiga dipercaya sebagai angka sakral juga sangat pas dengan tagline 3J sebagaimana selama ini disosialisasikan.
Sebuah analogi yang kurang ilmiah dan irasional menjadi budaya publik yang hingga sekarang menjelma jadi satu sistem kepercayaan tersendiri.
Namun kalau kita melihat pengalaman selama ini terutama di sulawesai selatan nyaris nomor urut satu sangat jarang memenangkan pertarungan dalam pilkada padahal kalau dipikir angka satu adalah angka yang sangat istimewa dalam perangkingan sebuah perlombaan tapi sepanjang pemilihan langsung diselenggarakan, kadidat yang bernomor urut satu sangat jarang memenagkan pertandingan, itu menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara nomor urut dengan hasil perolehan suara.
Mengutip pernyataan salah satu tokoh pemuda Pinrang Abd. Rasyid "secara teknis kalau hanya tiga pasang calon maka angka yang paling strategis posisinya dalam kertas suara adalah nomor 2 selain karna memang mengandung makna kebersamaan dan perdamaian juga merupakan angka yang berada ditengah-tengah yang sangat mungkin orang akan memilihnya khususnya bagi pemilih yang belum menentukan sikap, kenapa karna biasa banyak masyarakat yang berpikir daripada saya pilih nomor satu atau nomor tiga mending saya pilih yang tengah saja".
Ini mungkin kedengarannya sepeleh tapi sangat besar pengaruhnya bagi masyarakat. Selain itu posisi kertas suara ketika dibuka maka yang paling pertama dilihat adalah yang diposisi tengah, ini memungkinkan bagi pemilih lansia dan swing voters lainnya untuk menjatuhkan pilihannya kegambar pasangan yang pertama kali dilihatnya.
Namum pada intinya nomor urut bukan soal dalam pilkada tapi yang terpenting adalah kemampuan para kandidat dan timnya untuk mayakinkan masyarakat untuk memilihnya" pungkas Rasyid.(*)
Penulis: Rey (Aktivis Mahasiswa Pinrang)
PINRANG,--Tidak sedikit orang yang masih percaya tentang angka-angka keberuntungan dan angka sial seperti angka 4, 8, 13 dan lain-lain, di beberapa negara termasuk di indonesia angka-angka tersebut dipercaya sebagai angka keramat dan pembawa sial, hal ini sering kita jumpai terutama di gedung-gedung tinggi, nyaris kita tidak pernah melihat angka 13 (satu-tiga) dalam tombol lift karna Angka ini dipercaya memiliki kekuatan magic yang bisa saja membawa kita kehal-hal buruk.
Sekalipun zaman positivisme dimana pengetahuan dan rasionalitas adalah yang utama dalam mengukur dan mengkaji suatu peristiwa namun kepercayaan tentang magic angka juga masih tetap ada.
Lalau bagaimana hubungannya dengang pilkada?
Setelah tahap pencabutan nomor urut selesai pada hari selasa 13/2/2018 para pendukung dan simpatisan mulai diributkan dengan keunggulan nomor urut jagoan masing-masing. Hasilnya ketiga pasang kandidat telah memperoleh nomor urut, diantaranya
1. Abdul Latif-Usman
2. Andi Irwan-Alimin
3. Jamaluddin-A. Sofyan
Semuanya yakin keberuntungan/kemenangan akan berpihak pada mereka, atas dasar:
Pertama (1), nomor satu adalah angka yang selalu diperebutkan disetiap jenis perlombaan
Kedua (2), angka dua adalah angaka yang sangat baik dalam kehidupan karna memiliki makna kebersamaan dan perdamaian
Ketiga (3), nomor tiga dipercaya sebagai angka sakral juga sangat pas dengan tagline 3J sebagaimana selama ini disosialisasikan.
Sebuah analogi yang kurang ilmiah dan irasional menjadi budaya publik yang hingga sekarang menjelma jadi satu sistem kepercayaan tersendiri.
Namun kalau kita melihat pengalaman selama ini terutama di sulawesai selatan nyaris nomor urut satu sangat jarang memenangkan pertarungan dalam pilkada padahal kalau dipikir angka satu adalah angka yang sangat istimewa dalam perangkingan sebuah perlombaan tapi sepanjang pemilihan langsung diselenggarakan, kadidat yang bernomor urut satu sangat jarang memenagkan pertandingan, itu menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara nomor urut dengan hasil perolehan suara.
Mengutip pernyataan salah satu tokoh pemuda Pinrang Abd. Rasyid "secara teknis kalau hanya tiga pasang calon maka angka yang paling strategis posisinya dalam kertas suara adalah nomor 2 selain karna memang mengandung makna kebersamaan dan perdamaian juga merupakan angka yang berada ditengah-tengah yang sangat mungkin orang akan memilihnya khususnya bagi pemilih yang belum menentukan sikap, kenapa karna biasa banyak masyarakat yang berpikir daripada saya pilih nomor satu atau nomor tiga mending saya pilih yang tengah saja".
Ini mungkin kedengarannya sepeleh tapi sangat besar pengaruhnya bagi masyarakat. Selain itu posisi kertas suara ketika dibuka maka yang paling pertama dilihat adalah yang diposisi tengah, ini memungkinkan bagi pemilih lansia dan swing voters lainnya untuk menjatuhkan pilihannya kegambar pasangan yang pertama kali dilihatnya.
Namum pada intinya nomor urut bukan soal dalam pilkada tapi yang terpenting adalah kemampuan para kandidat dan timnya untuk mayakinkan masyarakat untuk memilihnya" pungkas Rasyid.(*)
Penulis: Rey (Aktivis Mahasiswa Pinrang)