Masrudi Ahmad Sukaepa (MAS) Wakil Ketua DPW NasDem Sulsel
OPINI,--Berjejer pulau-pulau diantara lautan biru itulah Nusantara, didiamin beragam suku, agama dan ras itulah Kebhinnekaan, bersatu dalam ikatan negara itulah NKRI, berdasar konstitusi UUD'45 dengan pandangan hidup Pancasila itulah Indonesia.
Pandangan hidup (ideologi) adalah nilai luhur yang digali dari akar budaya bangsa dan dirumuskan menjadi landasan negera indonesia yang dinamai Pancasila. Lima dasar (pacasila) tersebut adalah intisari nilai-nilai kearifan lokal dari keragaman jalan kepercayaan (keyakinan) pada ablsolutisme ke Esa-an sang pencipta, keluhuran hubungan dengan sesama manusia, semangat persaudaraan, penyerahan mandat kepada orang yang dipercaya untuk menjaga hak-haknya, rasa keadilan dalam bermasyarakat.
Dari lima dasar tersebut turun ke konstitusi (UUD'45) menjadi landasan hukum dalam penyelenggaraan negara kesatuan (NKRI) yang berbasis keberagaman suku, agama dan ras (Bhinneka Tunggal Ika)
Adat istiadat, tradisi dan peninggalan-peninggalan leluhur lainnya adalah akar budaya yang berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya dan kemudian disebut sebagai kearifan lokal. Dari sanalah kepribadian itu lahir dan dengan itu pula kepribadian itu terjaga dan terpelihara.
Sebagai negara bangsa (terdiri dari berbagai suku) tentu memiliki karakter karena faktor sosiologis tetapi esensinya sama yaitu, nilai. Perbedaan karakteristik tersebut satu dalam nilai yang kemudian menjadi kepribadian dalam satu ikatan negara kesatuan bernama Indonesia yang diproklamirkan pada 17 agustus 1945.
Indonesia adalah negara-bangsa (state nation), negara yang berdiri diatas pilar primordial-primordial, keragaman keyakinan, keragaman budaya yang hidup diatas nusa (pulau) yang berbeda. Keragaman dan perbedaan di nusantara ada sejak kata Indonesia belum terpikirkan, sehingga ketika Indonesia ada dan mengambil nusantara sebagai wilayah dan suku-suku yang memilik kepercayaan, budaya yang berbeda maka tidak ada alasan apapun untuk menolak perbedaan. Itu sebabnya, Kebhinnekaan harus dijaga sebagai kekayaan anugerah Sang Pencipta.
Milik paling berharga yang dimiliki oleh suatu bangsa adalah kepribadian dan kepribadian yang diwariskan oleh leluhur bangsa Indonesia adalah kepribadian yang luhur. Bila suatu bangsa hilang kepribadiannya maka kehidupan dalam negara bangsa itu akan guncang karena invasi negara lain, utamanya hegemoni mental yang menyebabkan suburnya gaya hidup hedon sehingga nilai kebangsaan hilang serta jiwa patriotismenya akan mati dan kehidupan berbangsa tidak tentram karena dikuasai oleh gaya hidup bangsa asing.
Itulah sebabnya revitalisasi budaya menjadi sangat penting bahkan menjadi kebutuhan bangsa Indonesia dalam situasi kekinian yang sudah sangat jauh dari norma dan kaidah hidup luhur yang diwariskan oleh leluhur bangsa Indonesia. Resorasi atau mengembalikan tata hidup ke letak dasarnya dasarnya menjadi pilihan yang niscaya, setidaknya, budaya yang lahir dari ke-arifan lokal bisa mendistorsi transformasi budaya asing yang begitu kuat menggerus kepribadian dasar bangsa Indonesia yang ramah, saling menghargai, kuat persaudaraan, bergotong royong, menjunjung keadilan, beradap dan pastinya berkeTUHANan yang Esa.
Invasi paham-paham luar semakin keras, ada yang belabel liberal kapitalis, komunis sosialis, bahkan radikalis agama, semuanya bertarung mendapatkan ruang dan pengaruh untuk berkuasa di negeri ini. Untuk menghalau dan membentengi bangsa ini agar mereka tidak leluasa adalah mengokohkan Pancasila sebagai ideologi kita srbagai bangsa dan cara yang paling ampuh untuk mengokohkan Pancasila adalah menjaga dan memelihara tradisi lokal atau kearifan lokal yang merupakan akar budaya sumber nilai-nilai luhur yang menjadi intisari Pancasila.
Tanpa menjaga dan memelihara budaya maka Pancasila hanyalah batang tanpa akar yang tinggal menunggu waktu tumbangnya. Begitu juga dengan kebhinnekaan akan menjadi sumber permusuhan, primordial-primordial yang berdiam di pulau-pulau nusantara yang menjadi pilar-pilar NKRI akan rapuh tanpa memelihara budayanya, karena esensi budaya adalah kearifan lokal dan kearifan lokal memiliki pertautan nilai yang erat diantara primordial-primordial yang ada di nusantara.
Mungkin diluar logika berpikir rasional, tetapi tidak salah kita mengakui bahwa, hubungan luar logika berpikir kita ada di nusantara ini, dan itulah yang melatari sehingga pulau-pulau di nusantara yang didiami ribuan suku, berbagai adat, bermcam adat dantradisi, berbeda cara dalam berkeyakinan dan lain sebaingainya, bisa bersatu dalam satu negara yang bernama Indonesia.(*)
Oleh : Masrudi Ahmad Sukaepa (MAS)
Wakil Ketua DPW NasDem Sulsel