PMII Cabang Jeneponto Menolak Akan Di Terapkan Full Day School
JENEPONTO -- Full Day School (FDS) yang akan diterapkan perdana di tahun ajaran 2017-2018 ini, dengan penerapan 5 hari sekolah oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD), untuk semua jenjang pendidikan mulai dari SD/MI-SMA/MA bukan solusi pendidikan berkarakter.
Ketua Umum Pengurus Cabang Jeneponto Muhammad Ilyas Haris menilai Full Day School itu terlalu memaksakan kehendak tanpa melakukan mekanisme kajian secara komprehensif dan tanpa pertimbangan psikologi peserta didik dan sosial ekonomi masyarakat serta kondisi lingkungan sekolah berbeda-beda.
"Kami menolak dengan keras rencana tersebut dan situasi sosial ekonomi dibeberapa daerah tentu berbeda-beda, daerah kabupaten Jeneponto dan Sulawesi Selatan secara umum yang masih kental dengan adat istiadat da nilai keagamaannya. Jangan heran jikalau daerah ini satu-satunya di Sulawesi Selatan yang kena discleammer," ungkapnya.
Dengan diberlakukannya, tentu sangat tidak menguntungkan bagi keluarga tenaga pendidik yang masih honorer maupun dari keluarga peserta didik yang berasal dari kalangan menengah kebawah.
"Bagaimana tidak ? karena tentu saja dari segi aspek ekonomi, pengeluaran mereka makin lebih sesuai kebutuhan mereka disekolah yang terpaksa harus tetap berada pada waktu pembelajaran disekolah," tambahnya.
Senada dengan Rahmat Jaya Ketua II PMII Cabang Jeneponto mengatakan segi penambahan ilmu keagamaan, banyak dari anak-anak khususnya yang berada di bumi Turatea baik yang ada dipondok pesantren maupun yang ada di TK/TPA lainnya, mereka belajar ngaji diwaktu sore hari.
"Jikalau sampai FDS ini diterapkan, kami menilai Kemendikbud terlalu kejam dan telah memperbudak. Kenapa ?, dia telah merampas waktu istirahat bagi generasi emas bangsa ini pada siang harinya dan secara otomatis pada malam harinya mereka sudah pasti kelelahan," jelasnya.
Lanjutnya, belum lagi mengenai kondisi infraktruktur dari sekolah-sekolah yang berada didaerah ini, tidak sedikit sekolah yang kekurangan kelas ataupun fasilitas yang memadai, serta kondisi psikologis anak, khususnya bagi anak Sekolah Dasar yang dipaksakan untuk mengikuti pembelajaran sampai sore hari, ini tentu sangat membebani para siswa-siswi disekolah.
"Pembelajarannya pun akan menjadi seremony belaka (sia-sia), karena mereka pasti tidak maksimal ketika mengikuti proses pembelajaran bagaimanapun model dan gaya belajarnya. Maka kami meminta kepada bapak Muhadjir Effendi selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengkaji lagi secara detail dan mendalam dengan mempertimbangkan segala aspek. Jangan menganggap pendidikan ini sebagai ajang permainan, jangan jadikan anak cucu bangsa yang Notabene sebagai generasi pelanjut bangsa ini menjadi cacing percobaan. Karena dunia pendidikan adalah sesuatu hal yang vital dalam menjalankan serta memajukan suatu bangsa," tutupnya.(*)
Penulis : Husnil
Editor : Abdoel