-->

Notification

×

Indeks Berita

Klik Gambar Untuk Mendengarkan

SAHABAT NEWS : Politik Pencitraan Menjelang Pilkada Pinrang

Jumat, 05 Mei 2017 | Mei 05, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2018-03-14T02:51:27Z
[caption id="attachment_24596" align="aligncenter" width="848"]abdul rasyid Penulis: Abd. Rasyid ( Tokoh Pemuda Batu lappa Pinrang dan Pembina Ipmal Pinrang)[/caption]

 

 

OPINI -- Pilkada serentak 2018 menyisahkan waktu kurang lebih setahun lagi, suasana kini semakin ramai dan semakin panas, beberapa hari ini media lokal sering memberitakan kejadian unik yang menurut saya cukup lucu dan memalukan terjadi ditengah-tengah masyarakat pinrang.

 
Beberapa program kandidat bupati mendapat tanggapan dan larangan oleh oknum pemerintah setempat seperti bersih-bersih mesjid dan program tanam talas, sampai mengeluarkan himbauan dengan berbagai asumsi terutama karena asumsi politik, semua program tersebut dinilai bermuatan politik, kurang etis dan sebagainya.

 
Secara kultur asumsi tersebut bisa saja dibenarkan ketika dianggap dapat menimbulkan kegaduhan ditengah masyarakat, namun ditinjau dari sisi manfaat larangan itu kurang etis dan tidak berdasar karena berkaitan dengan kesejahteraan, amal ibadah dan kebersihan mesjid itu sendiri.
Kejadian ini menjadi viral setelah adanya pemberitaan dimedia tentang himbauan atau tulisan yang berbau larangan terpasang di beberapa mesjid kecamatan di kabupaten pinrang. Hal ini menimbulkan ragam pendapat dan spekulasi bahkan sikap tersebut dinilai jauh lebih politis, lalu apa yang harus dilakukan untuk menetralisir hal tersebut?.

 
Perlu ada konsensus dan kesepahaman bersama yang harus terbangun antara pemerintah dan para bakal calon sehingga tercipta suasana etis dan kondusif, karena KPU dan Panwaslu belum bisa mengambl tindakan sebelum masuk tahapan pilkada.

 
Memanfaatkan sisa waktu satu tahun kedepan tentu seluruh perangkat dan infrastruktur tim akan dikerahkan oleh masing-masing bakal calon bupati untuk membangun opini dan pencitraan ditengah masyarakat calon pemilih.

 
Pencitraan diri adalah hal yang sangat wajar dalam konteks pilkada untuk memperkenalkan calon bupati serta menggenjot retting elektabilitasnya, namun metode yang mereka gunakan masih sangat umum dan sebagain kontroversial. sangat sulit dipungkiri bahwa gerakan bersih bersih mesjid, pengobatan gratis, penimbunan dan perintisan jalan gratis, tanam talas gratis serta yang lainnya adalah program tiba-tiba yang lahir karena kepentingan.

 
Lalu apakah pemerintah dan masyarakat harus melarang tindakan seperti ini? Bagi saya itu tidak perlu, biarkan saja para calon bupati ini melakukan aktifitasnya selama itu adalah hal yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang, saya sangat sepakat dengan salah satu komentar teman dimedia facebook bahwa "saat ini waktunya masyarakat menerima berbagai macam bantuan dari para bakal calon bupati, persoalan pilihan nanti ditentukan di TPS". Inilah fakta politik yang mau tidak mau pasti terjadi di tengah-tenagah kita semua.

 
Dalam ilmu politik memang sudah dijelaskan tentang teori pencitraan dimana aktor politik akan memperlihatkan tampilan terbaiknya didepan masyarakat demi mecapai dukungan yang sempurna.

 
Menjelang pilkada seperti ini ruang-ruang publik kerap dijadikan panggung politik untuk bersosialisasi dan berakrobat layaknya panggung pertunjukan. Beberapa jenis kegiatan dan program yang tiba-tiba hadir ditengah masyarakat adalah bagian dari cara dan strategi untuk meyakinkan masyarakat tentang sosok kandidat bupati. Bagi saya kehadiran program dadakan dan mulia ini bukanlah karna dorongan kesadaran dan kepedulian murni, namun lebih kepada pencitraan politik.

 
Seorang sosiolog Erving Guffman menjelaskan bahwa dalam berinteraksi atau berkumunikasi manusia kerap menampakkan sikap seolah-olah, berbeda dan bahkan melebihi dari watak aslinya Ia menyebutnya Dramaturgi, di mana realitas yang ada adalah realitas semu, realitas buatan (hyper-reality). Sehingga seluruh bentuk sosialisasi yang dilakukan para bakal calon menjelang pilkada ini adalah bagian dari teateris, dramatik atau sandiwara, mereka berusaha menampilkan sesuatu yang dianggap lebih konstruktif.

 
Olehnya itu kita tidak perlu heran melihat kejadian semacam ini, yang terpenting dilakukan masyarakat adalah mecari calon pemimpin yang ideal.(*)

 

 

 
Penulis: Abd. Rasyid ( Tokoh Pemuda Batu lappa Pinrang dan Pembina Ipmal Pinrang)
Editor   : Abdoel

Coffee Ginseng 5 In 1

×
Berita Terbaru Update