[caption width="438" align="alignnone"]Ket foto : Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) bekerjasama dengan Gusdurian Makassar gelar diskusi dan bedah buku berjudul "Pendidikan Agama Inklusif, Membangun Toleransi Dari Sekolah" karya Dr. KH Arifuddin Harisah (Pimpinan Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar), bertempat di Lt 4 ruang redaksi Tribun Timur, selasa (23/05/2017).[/caption]
MAKASSAR - Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) bekerjasama dengan Gusdurian Makassar gelar diskusi dan bedah buku berjudul "Pendidikan Agama Inklusif, Membangun Toleransi Dari Sekolah" karya Dr. KH Arifuddin Harisah (Pimpinan Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar), bertempat di Lt 4 ruang redaksi Tribun Timur, selasa (23/05/2017).
Selain menghadirkan Dr. KH Arifuddin Harisah (Penulis buku) bedah buku ini juga menghadirkan Dosen Agama Katolik UPRI Makassar, Thersia Marieta Kodoatie sebagai Narasumber.
Buku ini lahir dari kegelisahan penulis melihat kondisi kebangsaan Indonesia yang nilai nilai keberagaman dan kedamaian itu diusik.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa masalah toleransi dan intoleransi akan sangat menentukan Indonesia kedepannya oleh sebab itu maka kita butuh supremasi hukum atau regulasi hukum terkait konflik SARA yang sering menjadi fenomena konflik di Negara kita ini.
"Pendidikan Agama Inklusif harus dihadirkan di sekolah, guru agama perlu memiliki kepedulian terhadap siswa yang beragam. Dimana siswa harus dididik bersikap inklusif (terbuka) agar tidak menjadi arogan, dan memiliki pola pikir yang terbuka terhadap keberagaman," ujar KH. Arifuddin Harisah. (*)
Penulis : Clb/Rlis
Editor : Abdoel
MAKASSAR - Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) bekerjasama dengan Gusdurian Makassar gelar diskusi dan bedah buku berjudul "Pendidikan Agama Inklusif, Membangun Toleransi Dari Sekolah" karya Dr. KH Arifuddin Harisah (Pimpinan Pondok Pesantren An-Nahdlah Makassar), bertempat di Lt 4 ruang redaksi Tribun Timur, selasa (23/05/2017).
Selain menghadirkan Dr. KH Arifuddin Harisah (Penulis buku) bedah buku ini juga menghadirkan Dosen Agama Katolik UPRI Makassar, Thersia Marieta Kodoatie sebagai Narasumber.
Buku ini lahir dari kegelisahan penulis melihat kondisi kebangsaan Indonesia yang nilai nilai keberagaman dan kedamaian itu diusik.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa masalah toleransi dan intoleransi akan sangat menentukan Indonesia kedepannya oleh sebab itu maka kita butuh supremasi hukum atau regulasi hukum terkait konflik SARA yang sering menjadi fenomena konflik di Negara kita ini.
"Pendidikan Agama Inklusif harus dihadirkan di sekolah, guru agama perlu memiliki kepedulian terhadap siswa yang beragam. Dimana siswa harus dididik bersikap inklusif (terbuka) agar tidak menjadi arogan, dan memiliki pola pikir yang terbuka terhadap keberagaman," ujar KH. Arifuddin Harisah. (*)
Penulis : Clb/Rlis
Editor : Abdoel