[caption width="420" align="alignnone"]Ket Foto : Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Ma'ruf Amin menghadiri Halaqah Dakwah Wasathiyah Annahdliah yang diadakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan, Sabtu (20/5/2017)[/caption]
MAKASSAR -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Ma'ruf Amin menghadiri Halaqah Dakwah Wasathiyah Annahdliah yang diadakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan, Sabtu (20/5/2017) bertempat di Auditorium KH Muhyiddin Zain Universitas Islam Makassar.
Dalam tausiahnya KH Ma'ruf Amin menyampaikan "Kepengurusan Syuriyah saat ini memiliki tugas untuk selalu turun kedaerah karena pada dasarnya PBNU tidak bisa mengontrol dari pusat, tetapi harus turun langsung untuk bersilaturrahim bersama Ulama seluruh Indonesia."
Pemilik NU itu Ulama, pengurus hanya sopir atau yang menjalankan Ulama jangan hanya mengurus pesantren, tetapi harus menjaga soliditas keumatan, kebangsaan, dan bernegara.
Selain itu tanggung jawab keumatan, NU harus menjadi penggerak bukan digerakkan, Syuriyah harus menggerakkan dan Tanfidziah yang menjalankan.
Saat ini banyak kelompok yang mengaku Ahlusunnah Wal Jamaah tetapi tidak mengakui Asy'ariyah dan Maturidiah, bahkan menyesatkan kedua Ulama besar ini, olehnya itu harus disebut Ahlusunnah Waljamaah Annahdliah, yang menyesatkan disebut Ahlusunnah Waljamaah Wahabiah.
Kemudian secara garis besar Nahdlatul Ulama itu meliputi 5 hal yakni, Pertama, aqidah gerakan aqidah yang sesuai ajaran Ahlusunnah Waljamaah Annahdliah, Kedua, fiqrah yakni pola pikir, Ketiga, alamiah yakni NU memiliki tradisi tradisi ibadah, misalnya istighosah, qunut subuh dan lain sebagainya.
Keempat, Haraqah yakni gerakan melindungi umat dari aqidah yang menyimpang, gerakan radikal misalnya kelompok yang akan merubah komitmen kebangsaan kita, yakni Pancasila dan NKRI, Kelima, Jam'iyyah yakni organisasi yang memiliki aturan-aturan ada qanun asasi dan aturan lainnya, dalam tradisi NU berbeda pendapat itu biasa, tetapi ketika sudah ada keputusan maka semua pengurus harus mentaati.
Selain itu Nahdlatul Ulama harus menjadi kaedah penuntun dalam berbangsa dan bernegara, Nahdlatul Ulama harus menjadi pelayan umat/publik untuk memudahkan atau yang mengbutuhkan.
Tak hanya itu NU harus melakukan perbaikan secara terus menerus dalam semua hal yakni aqidah, pendidikan, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Tambahnya.
Disesi arahan dan tausiahnya Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin meminta Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar untuk memberikan tausiah.
Dalam tausiahnya, KH Miftahul Akhyar menyampaikan bahwasanya apa yang disampaikan oleh Rais Aam PBNU tadi, sudah menggambarkan NU sesungguhnya, olehnya itu tugas kami hanya menguatkan apa yang beliau sampaikan.
Wakil Rais Aam PBNU menyoroti gerakan keagaman dewasa ini, dimana muncul gerakan kiri dan kanan, yang kiri memahami Islam dengan gaya pemikiran liberal dan gerakan kanan lebih ekstrem serta menampilkan wajah Islam yang keras. Selain itu gerakan-gerakan seperti ini biasanya muncul dengan momentum-momentum tertentu.
Turut hadir Rektor Universitas Islam Makassar, Majdah Agus Arifin Nu'mang, Kepala Kantor Kanwil Kemenag Sulsel, Abd Wahid Thahir, para pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah NU se Sulawesi Selatan serta Pimpinan Ponpes se Sulawesi Selatan (*)
Penulis : Andy Muhammad Idris
Editor : Abdoel
MAKASSAR -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Ma'ruf Amin menghadiri Halaqah Dakwah Wasathiyah Annahdliah yang diadakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan, Sabtu (20/5/2017) bertempat di Auditorium KH Muhyiddin Zain Universitas Islam Makassar.
Dalam tausiahnya KH Ma'ruf Amin menyampaikan "Kepengurusan Syuriyah saat ini memiliki tugas untuk selalu turun kedaerah karena pada dasarnya PBNU tidak bisa mengontrol dari pusat, tetapi harus turun langsung untuk bersilaturrahim bersama Ulama seluruh Indonesia."
Pemilik NU itu Ulama, pengurus hanya sopir atau yang menjalankan Ulama jangan hanya mengurus pesantren, tetapi harus menjaga soliditas keumatan, kebangsaan, dan bernegara.
Selain itu tanggung jawab keumatan, NU harus menjadi penggerak bukan digerakkan, Syuriyah harus menggerakkan dan Tanfidziah yang menjalankan.
Saat ini banyak kelompok yang mengaku Ahlusunnah Wal Jamaah tetapi tidak mengakui Asy'ariyah dan Maturidiah, bahkan menyesatkan kedua Ulama besar ini, olehnya itu harus disebut Ahlusunnah Waljamaah Annahdliah, yang menyesatkan disebut Ahlusunnah Waljamaah Wahabiah.
Kemudian secara garis besar Nahdlatul Ulama itu meliputi 5 hal yakni, Pertama, aqidah gerakan aqidah yang sesuai ajaran Ahlusunnah Waljamaah Annahdliah, Kedua, fiqrah yakni pola pikir, Ketiga, alamiah yakni NU memiliki tradisi tradisi ibadah, misalnya istighosah, qunut subuh dan lain sebagainya.
Keempat, Haraqah yakni gerakan melindungi umat dari aqidah yang menyimpang, gerakan radikal misalnya kelompok yang akan merubah komitmen kebangsaan kita, yakni Pancasila dan NKRI, Kelima, Jam'iyyah yakni organisasi yang memiliki aturan-aturan ada qanun asasi dan aturan lainnya, dalam tradisi NU berbeda pendapat itu biasa, tetapi ketika sudah ada keputusan maka semua pengurus harus mentaati.
Selain itu Nahdlatul Ulama harus menjadi kaedah penuntun dalam berbangsa dan bernegara, Nahdlatul Ulama harus menjadi pelayan umat/publik untuk memudahkan atau yang mengbutuhkan.
Tak hanya itu NU harus melakukan perbaikan secara terus menerus dalam semua hal yakni aqidah, pendidikan, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Tambahnya.
Disesi arahan dan tausiahnya Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin meminta Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar untuk memberikan tausiah.
Dalam tausiahnya, KH Miftahul Akhyar menyampaikan bahwasanya apa yang disampaikan oleh Rais Aam PBNU tadi, sudah menggambarkan NU sesungguhnya, olehnya itu tugas kami hanya menguatkan apa yang beliau sampaikan.
Wakil Rais Aam PBNU menyoroti gerakan keagaman dewasa ini, dimana muncul gerakan kiri dan kanan, yang kiri memahami Islam dengan gaya pemikiran liberal dan gerakan kanan lebih ekstrem serta menampilkan wajah Islam yang keras. Selain itu gerakan-gerakan seperti ini biasanya muncul dengan momentum-momentum tertentu.
Turut hadir Rektor Universitas Islam Makassar, Majdah Agus Arifin Nu'mang, Kepala Kantor Kanwil Kemenag Sulsel, Abd Wahid Thahir, para pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah NU se Sulawesi Selatan serta Pimpinan Ponpes se Sulawesi Selatan (*)
Penulis : Andy Muhammad Idris
Editor : Abdoel